Categories
ODOP Parenting

Merapikan Mainan Jilid 2 (Jurnal Hari ke-15)

Tentang merapikan mainan ini sudah pernah saya tuliskan pada jurnal hari pertama yang dapat dilihat di sini. Sebagai penutup rangkaian jurnal Bunda Sayang materi komunikasi produktif, saya tuliskan lagi perihal membereskan mainan ini. Saya pribadi mengambil pelajaran atas konsistensi pendekatan yang saya lakukan kepada anak. 

Ini adalah jurnal terakhir dari total 15 jurnal  yang harus dituliskan dalam rangka mengimplementasi materi komunikasi produktif kelas Bunda Sayang  Institut Ibu Profesional. Dengan dituliskannya jurnal ini, saya melihat proses perjalanan saya dan keluarga dalam menciptakan komunikasi yang produktif dengan beragam rasa. Tentang komunikasi produktif, saya sudah buat ringkasannya di sini jika teman-teman tertarik untuk membaca lebih lanjut. 

Merapikan Mainan Jilid 2

Beberapa bulan sebelumnya, saya pernah memasukkan mainan-mainan Ibrahim ke karung dan menyembunyikannya. Apa pasal? Karena gemas mainan selalu berantakan tanpa dirapikan kembali. Mainan mobil-mobilan yang berada pada laci khusus juga turut saya sembunyikan. Dengan demikian, mainan yang tersisa relatif sedikit. 

Namun, suatu saat (saya lupa kapan tepatnya) saya mulai membolehkan Ibrahim bermain lagi dengan mainan dalam karung dan mobil-mobilan dalam laci. Dengan catatan, mainan kembali dibereskan ketika Bunda minta dirapikan atau ketika tiba waktu jadwal beres-beres rumah di sore hari. Ibrahim setuju. 

Pada jurnal hari pertama (kira-kira 14 hari yang lalu), Ibrahim masih belum disiplin membereskan mainan. Kadang ditinggal tidur. Kadang dia beralasan capek. Kadang sekadar menolak tanpa alasan. Selama 14 hari itu juga saya tetap menggaungkan, “Setelah main, mainannya dibereskan ya.” Seringnya putus asa lalu saya ambil alih tugas merapikan mainan. Tapi tidak hari itu. 

Hari itu Ibrahim main dengan mobil-mobilan. Setelah beberapa waktu bermain, ia merasa bosan dan ingin main dengan mainan di dalam karung (iya, mainannya masih dikarungin). 

“Bunda, mobil-mobilannya Abang beresin ya. Sehabis ini, Abang ambil mainan yang dikarung ya. Boleh?” Sederhana ya, tapi membuat saya terharu. Ibrahim mampu mengontrol diri untuk disiplin mengikuti aturan yang saya buat. 

“Boleh dong.” Saya lihat Ibrahim bergegas merapikan mainan setelah mengucapkan terima kasih. Tidak lama mainan rapi masuk ke dalam laci dan saya bantu Ibrahim mengambil karung mainan yang lain.

Poin Komunikasi Produktif.

Berdasarkan cerita di atas, saya memetik beberapa poin pelajaran tentang komunikasi produktif: 

  1. Konsisten menyampaikan pesan. Saya ingin merapikan mainan menjadi kebiasaan bagi Ibrahim. Pesan itu selalu saya sampaikan di awal kegiatan bermain Ibrahim. Selalunya, ia setuju. Kenyataannya tidak selalu sesuai harapan. Walaupun demikian, pesan konsisten disampaikan. Hasilnya, Ibrahim mulai mengikuti apa yang saya harapkan: membereskan mainan ketika sudah tidak digunakan. 
  2. Pahami keterbatasannya. Kadang ia merasa berat harus merapikan mainan sendirian, maka saya bantu. Kadang ia merasa bosan merapikan mainannya yang banyak terserak, maka saya buat seperti game: siapa cepat merapikan mainan. Yang penting, pesan yang diterima dipastikan sampai padanya kalau membereskan mainan ini baik untuknya. 
  3. Tidak perlu dimarahi jika belum terlaksana apa yang saya inginkan (Ibrahim membereskan mainan). Saya menyadari, di usianya yang 3 tahun, Ibrahim semestinya belum waktunya dibebani kewajiban. Karenanya, saya mempunyai toleransi yang lebar jika Ibrahim belum juga disiplin membereskan mainan. Jika gagal, disampaikan bahwa saya kecewa Ibrahim tidak membereskan mainan. Tidak perlu marah-marah. 

Bintang Penghargaan.

Atas proses yang sudah dijalani, saya memberi nilai 4 bintang dari 5 bintang. Saya mengapresiasi pihak-pihak yang sudah berupaya menciptakan komunikasi yang produktif. Memang ini pekerjaan panjang. Tidak ada jaminan, selepas 15 hari ini komunikasi kami di keluarga menjadi jauh lebih baik. Namun, jurnal ini akan menjadi pengingat untuk terus mengupayakan proses yang terbaik semampu kita. 

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca. Jika ada tanggapan, boleh disampaikan pada kolom komentar ya. Terima kasih. 

Tabik!

Bekasi, 17 September 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *