Categories
Parenting

Cara Menanamkan Tauhid pada Anak

Bunda, sering ga sih bingung bagaimana cara menanamkan tauhid pada anak? Saya sering dan ujung-ujungnya jadi menghindari obrolan tentang tauhid. Banyak excuse yang ada: khawatir salah jawab, khawatir anak belum paham, dan lain sebagainya. Belum-belum sudah terasa berat beban di pundak. Padahal, tauhid hal utama yang perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Ibarat gedung, tauhid adalah pondasi. Jika kita ingin membangun gedung menjulang, pastikan pondasinya mampu menopang tinggi gedung yang diharapkan. 

Akhir pekan kemarin, saya berkesempatan belajar di kelas daring Akademi Keluarga dengan Ustadz Rofiq Hidayat. Bagi Bunda yang belum mengenal Akademi Keluarga, bisa cek tulisan saya sebelumnya di sini ya. 

Cara Menanamkan Tauhid Pada Anak: Urgensi Anak Mengenal Allah

Tema yang dibawakan oleh Ustadz Rofiq adalah tentang Mengajarkan dan Memahamkan Tauhid pada Anak. Kata Ustadz, setiap anak dilahirkan dengan fitrahnya mengenal Allah. Anak sebenarnya sudah mengenal segala sesuatu yang tercipta ada Penciptanya. Seperti anak tahu bagaimana cara membuka mulut ketika lapar. 

Jika akhirnya ia tumbuh besar menjadi tidak mengenal Allah, berarti ada fitrah yang tidak dirawat. Siapa yang patut disalahkan dan bertanggung jawab? Orangtuanya. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi Rosul pun telah mengingatkan kepada para orangtua agar menjaga fitrah anak-anak tetap dalam tauhid. 

Lalu, kita para orangtua menjadi canggung, bagaimana cara mengenalkan tauhid? Kita juga baru-baru ini aja tau tentang tauhid. Apakah sudah kompeten menjadi pengajar tauhid untuk anak-anak kita? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut menjelma was-was di hati, maka tinggalkan. Yakinkan diri kita bahwa kita benar yang Allah pilih sebagai pengajar tauhi anak-anak kita. Maka, kesediaan orangtua dalam menuntut ilmu menjadi penting. Katakanlah, setelah menuntut ilmu, masih dirasa kurang mumpuni mengajarkan tauhid kepada anak. Tidak apa. Ajarkan yang kita tau, walau sedikit. Semoga Allah genapi kekurangannya.

Cara pertama: Menalqinkan kepada Anak

Jika Bunda tidak familiar dengan kata talqin, maksudnya adalah menyampaikan kepada anak. Misal ketika hujan turun, sampaikan pada anak bahwa Allah yang turunkan hujan. Sebelum makan, kita sampaikan bahwa ini sejatinya Allah yang memberi rezeki melalui tangan Ayah sebagai penjemput rezeki. Sampaikan tentang meminta sesuatu hanya kepada Allah yang Maha Kaya. Sampaikan terus hal-hal yang berkaitan dengan kasih sayang Allah dikaitkan dengan kejadian sehari-hari yang dekat dengan anak. 

Yang menghambat kita adalah pertanyaan: apa anak sudah mengerti dengan apa yang kita sampaikan? Apa anak sudah mengerti tentang siapa itu Allah? Masih kata pak ustadz, gunakan bahasa yang sederhana. Sebisa mungkin, pilih diksi yang tepat agar tidak menimbulkan pertanyaan lanjutan yang belum tentu kita bisa menjawabnya. Tapi, jika akhirnya terjadi anak bertanya dan kita tidak bisa menjawab, sampaikan pada anak bahwa kita akan mencari tau jawabannya. Dan pastikan kita benar-benar berusaha untuk mencari tahu jawabannya, jangan hanya agar selesai perbincangan. 

Cara kedua: Pemahaman Aktivitas Ibadah

Jangan berhenti pada cara pertama: talqin kepada anak. Karena, talqin yang tidak diperkuat pemahaman dengan aktivitas ibadah mudah hilang dengan pembatal yang datang kemudian. Bagaimana contohnya? Misal kita sudah mengenalkan rezeki makanan berasal dari Allah yang Maha Pengasih. Lalu, kita ajak anak untuk membaca doa sebelum dan sesudah makan. Diceritakan, kenapa kita perlu berdoa sebelum dan sesudah makan. Untuk berterima kasih kepada Allah karena sudah dikasih makanan untuk hari itu. 

Ajak anak-anak duduk bersama orang-orang sholeh. Biasakan anak-anak dekat dan rutin dengan aktivitas ibadah. Dengan begitu, ‘teori’ yang sudah disampaikan sebelumnya akan terjewantah dalam bentuk laku ibadah, penghambaan kepada Allah. 

Cara ketiga: Jauhi Pengajaran Tauhid Versi Filsafat

Bagaimana maksudnya pengajaran tauhid versi filsafat? Maksudnya adalah konsep diajarkan tapi tidak ditanamkan. Diajarkan dengan cara berputar-putar dengan ragam istilah dan pencarian bukti akan Tuhan. Iman seperti masuk ke dalam kurikulum sekolah, diajarkan bahkan masuk dalam materi ujian tapi tidak terhujam dalam hati anak-anak didik. Imam Al Ghazali berkata bahwa pengajaran tauhid versi filsafat adalah perusak pohon yang telah baik tumbuhnya. 

Cara Menanamkan Tauhid Pada Anak: Simpulan

Sampaikan tauhid dengan cara yang sederhana sesuai umur dan pemahaman anak. Selayaknya fitrah, anak semestinya bisa menerima apa-apa yang disampaikan tentang fitrah tauhidnya. Senantiasa minta pertolongan Allah dalam usaha merawat dan menumbuhkan fitrah anak. Semoga Allah mudahkan tugas pengasuhan anak-anak kita ya, Bun. 

15 replies on “Cara Menanamkan Tauhid pada Anak”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *