Categories
Parenting

Mengenalkan Batasan Aurat kepada Anak

Hai Bund, sering denger ga sih tentang pentingnya sex education kepada anak. Katanya, anak-anak perlu diedukasi tentang sex education agar tidak terjebak dengan hal-hal yang tidak diinginkan sebagai efek dari pergaulan bebas. Katanya lagi, sex education perlu diperkenalkan salah satunya dengan cara mandi bersama antara Ibu dan anak perempuannya serta Bapak dengan anak lelakinya. Benar ga sih seperti itu seharusnya? Ketika bicara seharusnya, kita merujuk kepada Alquran dan Hadits sebagai sumber ilmu. Lalu, bagaimana  Alquran dan Hadits mengenalkan batasan aurat kepada anak?

Urgensi Sex Education

Seorang dokter menyampaikan pentingnya sex education kepada sebuah portal media online ternama. Beliau mengatakan bahwa sex education penting untuk disampaikan kepada anak-anak, khususnya remaja, karena dapat menjadi perisai bagi remaja di tengah maraknya informasi yang salah tentang seks dan organnya di berbagai media. Masih menurut beliau, upaya yang dilakukan untuk memahamkan sex education pada anak adalah dengan memasukkan sex education ke dalam kurikulum belajar di sekolah. Pada teknisnya akan dilakukan pola pembelajaran dengan cara bimbingan dan tutorial dua arah oleh pihak-pihak yang paham terkait organ reproduksi dan psikologis remaja. Dengan begitu, diharapkan ke depannya dapat menurunkan angka pelaku seks bebas di kalangan remaja dan dampak ikutannya. 

Tetapi, betulkah sex education akan efektif? Jika permasalahannya adalah seks bebas, apakah malah tidak terjadi sebaliknya, anak-anak malah menjadi penasaran? Bukankah pelajaran dan penanaman akhlak lebih efektif dibandingkan dengan sex education yang digadang-gadang? Pelajaran dan penanaman akhlak bicara tidak hanya efek dunia, tetapi juga akhirat. Kenapa harus juga bicara akhirat? Karena kan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah. Maka, segala sesuatunya akan kita pertanggungjawabkan kelak di Hari Perhitungan. Bukankah akhirat abadi, dunia adalah sementara?

Jika sex education yang dimaksud adalah untuk memahamkan anak tentang batasan-batasan aurat dan hal-hal yang terkait dengannya, maka fikih telah rampung membahas hal tersebut dengan lebih lengkap. Karena, sekali lagi, tidak hanya bicara tentang dunia, tetapi juga kehidupan setelah dunia. 

Tentang Aurat di Kisah Nabi Adam

Bunda sudah akrab tentang kisah Nabi Adam yang digoda iblis di surga kan ya? Saat di surga, Nabi Adam dan Istrinya digoda oleh Iblis untuk memakan buah yang disebut buah keabadian oleh Iblis. Kelak jika memakannya, Nabi Adam dan Hawa akan abadi dan berada selamanya di surga. Padahal, Allah larang Nabi Adam bahkan sekadar untuk mendekati pohon yang dimaksud, apalagi memakan buahnya. Tapi, Nabi Adam dan Istrinya melanggar perintah Allah. Mereka makan buah terlarang tersebut. Lalu terbukalah aurat keduanya yang ditutupi kemudian dengan daun-daun surga di dekat mereka. Kisah lebih lengkapnya dapat dilihat pada Alquran surat Al-A’raf ayat 19-23. 

Maka setan membujuk keduanya (untuk merasakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupi­nya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, ‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua’?

(QS. Al-A’raf: 22)

Terbukanya aurat menjadi hal pertama yang terjadi akibat pelanggaran yang dilakukan Nabi Adam dan Istrinya. Terbukanya aurat ini merupakan awal dari perseteruan abadi antara manusia dan iblis. Membuka aurat menjadi misi iblis dalam menjerumuskan manusia dalam ketidaktaatan kepada Allah. Maka, kita semestinya lebih berhati-hati dengan tema aurat ini. 

Mengenal Batasan Aurat Laki-laki

“Jika salah seorang di antara kamu menikahkan hamba sahaya atau pembantunya, maka jangan melihat sesuatu yang termasuk aurat. Adapun apa-apa yang ada di bawah pusar hingga lutut adalah aurat”

(HR. Ahmad, Abi Dawud, Daruquthni, dan Baihaqi, dihasankan oleh Al Albani)

Aurat laki-laki adalah antara pusar hingga lutut. Sedangkan pusar dan lutut bukanlah termasuk aurat. Lalu, bolehkah seorang lelaki ke luar rumah dengan mengenakan celana selutut tanpa baju? Ustadz Rofiq Hidayat dalam sebuah webinar mengatakan bahwa lelaki tersebut sudah dikatakan menutup aurat, tapi ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu norma kesopanan. Sudahkah termasuk sopan jika seorang lelaki keluar rumah tanpa baju dan hanya mengenakan celana sepanjang lutut?

Ustadz Rofiq juga mengatakan bahwa adik dan kakak tidak boleh melihat aurat masing-masing sejak usia 7 tahun. Karenanya, mandi bersama antara Adik dan Kakak harus diperhatikan. Pada usia 7 tahun, anak-anak harus mulai dilarang secara bertahap. Bunda dapat mengenalkan batasan aurat pada anak lalu batasi atau larang anak-anak melakukan kegiatan yang berpotensi terbukanya aurat masing-masing, salah satunya kegiatan mandi bersama Adik-Kakak. Termasuk, mandi bersama antara Ayah dan  Anak atau Ibu dan Anak. Batasnya pada 10 tahun, anak-anak harus dilarang keras dan benar-benar meninggalkan kegiatan yang berpotensi terbukanya aurat. 

Ayah sebagai role model perlu memberika telada di dalam rumah dengan memakai pakaian yang baik yang tidak mengumbar aurat. Jangan karena berada di dalam rumah, menjadi tidak apa memakai celana pendek yang memperlihatkan paha yang termasuk aurat. Anak-anak akan melihat dan meneladani perilaku memakai celana pendek sebagai sebuah kelaziman. Nantinya, ia akan terbiasa dan tidak malu melihat aurat terumbar di luar rumahnya. Na’udzubillah. Yuk ingatkan suami kita untuk berpakaian dengan sopan di depan anak-anak. 

Mengenal Batasan Aurat Perempuan

Aurat perempuan adalah keseluruhan tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. 

“Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar masuk ke dalam rumah Nabi SAW dengan menggunakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berpaling daripadanya dan berkata: ‘Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita telah menginjak dewasa (haid), maka tidak boleh terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini’, sambil beliau menunjuk muka dan telapak tangannya”

(HR. Abu Dawud, hadits hasan).

Alquran pada surat An-Nur ayat 31 menjelaskan kepada siapa saja seorang perempuan muslim boleh memperlihatkan auratnya. Dari Alquran dan hadits juga telah dijabarkan bagaimana semestinya perempuan menutupi auratnya yaitu dengan pakaian yang longgar (tidak menunjukkan lekuk tubuh), kerudung menutupi dada, bahan pakaian tidak transparan, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, suara juga termasuk pada batasan aurat jika suara yang dikeluarkan dibuat meliuk-liuk sehingga menimbulkan syahwat bagi lelaki yang mendengarnya. 

Dengan begitu, kepada anak-anak perempuan, kita mengenalkan batasan aurat dan membiasakan mereka menutup aurat dengan sempurna ketika bertemu dengan orang-orang yang tidak boleh melihat auratnya. Bunda juga perlu berpakaian yang sopan di depan anak-anak agar menjadi role model berperilaku dalam menutup aurat. Bagaimana caranya? Pakailah pakaian yang sopan dengan panjang setidaknya selutut agar menutup paha. Para ahli Fiqh berpendapat bahwa aurat perempuan muslimah pada perempuan muslimah lainnya adalah seperti aurat laki-laki terhadap laki-laki lainnya, yaitu antara pusar dan lutut. Karenanya, walaupun di rumah, Bunda sebaiknya tetap menutupi paha dengan pakaian yang layak.

Dengan mengenalkan batasan aurat kepada anak-anak dan memberikan teladan, diharapkan anak-anak akan terbiasa pada yang benar sehingga malu jika auratnya tampak oleh pihak-pihak yang tidak semestinya melihat. Berbekal malu, semoga anak-anak kita juga terhindar dari perilaku tidak sopan, apalagi pergaulan bebas. 

Kiranya itu yang dapat saya sampaikan. Semoga ini menjadi ikhtiar kita memperbaiki generasi penerus. Semoga bermanfaat bagi yang membaca 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *