Hai Bunda! Apakah Bunda sedang berjuang menciptakan sebuah kebiasaan? Tapi, selalu ambyar di tengah jalan karena tidak konsisten? Samaan nih kayak saya Bun, tapi beberapa waktu lalu. Sekarang berbeda. Saya sungguh takjub ketika melihat jumlah tulisan yang sudah saya hasilkan di blog ini selama 2 bulan terakhir: 60 tulisan! Artinya, selama 2 bulan saya rutin menulis setiap harinya. Uwaw! Konsistensi menulis ini yang saya idam-idamkan beberapa bulan lalu dalam sebuah angan: Bisa ga ya gue nulis rutin tiap hari, setidaknya satu jam sehari? Saat itu belum tau jalannya bagaimana agar bisa tercipta habit nulis setiap harinya. Ternyata, If there is a will, there is a way. Allah kasih jalannya melalui komunitas ODOP.
Apa Itu Komunitas ODOP?
Bagi yang belum tahu, komunitas ODOP adalah komunitas yang mengharuskan anggotanya (setidaknya anggota yang masih dalam masa orientasi) menulis setiap hari dan memublikasikan tuliasnnya pada suatu media sosial tertentu. ODOP adalah kependekan dari One Day One Post, sudah terlihat kan program utamanya?
Komunitas ODOP sebenarnya hanya menyajikan sebuah sistem yang tidak menjamin setiap anggotanya mempunyai kebiasaan menulis setiap hari. Buktinya, tidak sedikit juga teman-teman yang tidak berhasil melanjutkan perjuangan hingga akhir (saya juga belum sih, mohon doanya. Semoga selamat sampai akhir). Di awal, saya dan teman-teman satu angkatan sempat menuliskan tentang strategi lulus orientasi komunitas ODOP ini. Tulisan saya terkait strategi tersebut dapat dilihat di sini.
Jika sistem yang dibuat bukan menjadi jaminan bagi bagi terciptanya konsistensi atau kebiasaan, lalu apa?
Konsistensi pada Hasil Talent Mapping Assessment
Beberapa tahun lalu, saya sempat mengikuti Talent Mapping Assessment untuk melihat pemetaan bakat dalam diri. Pada Talent Mapping Assessment, bakat dikelompokkan pada 34 tema bakat. Ke-34 tema bakat ini diurutkan dari tema bakat yang paling kuat hingga yang paling lemah. Ini yang membedakan satu orang dengan orang lainnya: urutan bakat. Pada urutan 7 teratas merupakan bakat dominan. Bakat dominan ini yang menjadi potensi kekuatan. Sedangkan, urutan 7 atau 10 terbawah adalah kelompok bakat yang merupakan potensi kelemahan atau keterbatasan.
Kenapa jadi ngomongin Talent Mapping Assessment dan bakat? Karena konsistensi termasuk ke dalam kelompok bakat tersebut. Apa itu konsistensi? Berdasarkan KBBI , konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah). Sedangkan konsistensi bermakna ketetapan atau kemantapan dalam bertindak.
Kembali lagi pada hasil Talent Mapping Assessment, pada case saya, konsistensi menempati urutan ke-34 atau urutan paling bawah! Alamak!
Dulu, saya memilih berdamai. Apa-apa yang saya tidak bisa konsisten melakukannya, ya sudah, memang di situ letak kelemahan saya. Perasaan ini pernah saya tuliskan sekilas pada sebuah postingan di akun instagram saya.
Bertahun-tahun saya menjadikan ke-tidak-mampu-an untuk konsisten menjadi bagian dari hidup saya. Semakin lama saya semakin tidak disiplin dan pandai berdalih. Sampai pada akhirnya saya menyadari dan paham bahwa konsistensi itu bisa diciptakan. Berkaca dari hasil menjalani orientasi Komunitas ODOP sampai sejauh ini, saya paham, (setidaknya) cukup satu kunci untuk bisa konsisten menjalankan sesuatu (dalam hal ini konsistensi menulis): strong why.
Strong Why di Balik Konsistensi Menulis
Saya memiliki beberapa alasan untuk tetap rutin menulis, diantaranya adalah menjalankan orientasi Komunitas ODOP, menulis sebagai rekreasi, dan menulis sebagai couple project dengan suami.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saya sedang menjalani masa orientasi di Komunitas ODOP. Durasi masa orientasi sekitar 2,5 bulan dan akan berkahir pada pertengahan November 2020, insya Allah. Karena ada sistem eliminasi, saya mencoba bertahan sebisa mungkin. Bukan hal mudah, tapi juga tidak terlalu menjadi beban. Ditambah lagi, saya cukup kesengsem sama kurikulum ODOP sejauh ini. Jadi, khawatir juga kalo sampai harus tereliminasi karena tidak bisa mengikuti materi-materi cakep lainnya. Ini salah satu hal yang membuat saya enjoy untuk konsisten menulis, alih-alih menjadi beban.
Strong why lainnya sehingga saya dapat konsisten dalam menulis adalah karena menjadikan menulis sebagai salah satu sarana rekreasi. Sebelumnya, saya mempunyai sarana rekreasi atau biasa disebut sarana me-time yaitu nyetrika. Tapi, belakangan nyetrika tidak lagi menduduki posisi pertama pada urutan kegiatan me-time yang digandrungi. Posisinya digantikan oleh menulis. Kalau bukan karena lelah berkegiatan seharian, saya rutin menulis pada waktu setelah anak-anak tidur. Namun, jika memang memungkinkan, saya juga menulis pada siang hari. Saya jadi lebih jeli menemukan celah waktu dan kesempatan untuk tetap menulis. Pun jika ide buntu dan semangat menurun, saya ingat-ingat lagi betapa saya cukup menikmati proses membuat tulisan seperti ini. Ini lah salah satu kekuatan strong why, ketika dilanda jemu atau rintangan, kita bisa segera mengatasinya karena strong why ini yang menjadi motor untuk terus bergerak pantang menyerah.
Seperti yang pernah saya tuliskan pada tulisan yang telah lalu, bahwa saya menjalankan blog ini sebagai couple project dengan suami, setidaknya sampai dengan saat ini. Dengan begitu, suami mendukung penuh konsistensi menulis saya. Efeknya luar biasa. Saya merasa seperti Allah mudahkan prosesnya bagi saya. Suami pun memberi dukungan penuh. Jika saya ketiduran padahal saya belum menulis, maka suami saya akan membangunkan dan mengingatkan kalau saya belum menulis hari itu. Suatu malam suami saya pernah meminta maaf karena membangunkan saya yang sedang tidur pulas. Dia bilang, “Maaf ya. Aku cuma ga mau kamu kedepak dari ODOP.” Wkwkwkwk. Geli juga sih dengernya, tapi bolehlah 😛
Jika Bunda merasa berat dalam menjalani sebuah konsistensi, ingatlah bahwa selama ini kita telah mampu konsisten untik banyak hal. Bagi yang muslim, solat adalah salah satu bentuk konsistensi yang telah berhasil kita lakukan. Semangat strong why-nya bisa kita perluas lagi untuk melakukan hal-hal posisif lainnya, termasuk menulis. Semoga tulisan ini bermanfaat ya Bund.
8 replies on “Konsistensi Menulis: Komunitas ODOP dan Strong Why”
Couple goal banget punya suami yang mendukung kegiatan menulis. Tahniah
Alhamdulillah, Mas ?
Wah, keren banget Kak bisa bertahan hingga sekarang. Dan uwu banget sama suaminya bisa saling mendukung 🙂
Semoga kita lulus bareng di ODOP 8 ini ya Kak 🙂
Tetap ssmangat untuk menulis!
Selamat ya Mbak..atas pencapaiannnya. Ikut gembira…dari usaha sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit. Terbukti 60 hari bisa konsistensi.
Ternyata kelemahan bukan hal yang harus kita takuti, tapi dengan mindset yang baik, kita kan selalu punya kekuatan untuk meyakini bahwa kita bisa.
Apalagi beruntungnya punya suami yang selalu mensuport….
semangat terus..Bunda Ibrahim.
Selalu suka membaca tulisan seperti ini. Bikin semangat juga untukku. Terima kasih mbaa
Saya pun salah satu yang sangat sulit berdamai dengan konsistensi
Semoga kita lulus barang ?
Setuju banget nih, kerjasama dan komunikasi dengan pasangan juga merupakan salah satu strategi buat lulus ODOP. Semoga kita masih bisa bareng-bareng sampai kelulusan yaa.