Aku selalu bisu di hadapan kesedihan,
Kata-kata pulang kampung tanpa permisi
Meninggalkanku mematung ditemani kelu
Aku harus bicara apa?
Luka hatimu tercium pilu hingga ke mari
Sebait puisi tidak mampu menyumpalnya
Pun kenangan masa lalu,
Kukira air mata sanggup menyurutkan duka
Aku mengenalmu bak batang yang menjulang
Merangkul semua kemalangan,
Menggoresnya menjadi sebuah percikan warna gemerlap
Melukis gembira di setiap dinding hari
Aku mengenalmu kuat, maka selalulah.