Categories
Parenting

Tips Mengobati Kecanduan Gadget pada Anak

Hai Bunda! Bagaimana kabar ananda? Sudah bermain apa hari ini? Atau ananda lebih sering bermain bersama gadget? I do not judge you, Bunda. Pertanyaan-pertanyaan tadi menyindir diri saya pribadi. Saya pernah mengalami anak pertama saya kecanduan gadget di usianya yang baru 1 tahun. Beberapa waktu berusaha keluar dari masalah tersebut. Sekarang, anak saya senang bermain dengan barang-barang di sekitarnya, senang bercerita apa yang ia alami, emosinya lebih stabil dan saya merasa bersyukur kami bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Karenanya, saya ingin berbagi pengalaman tips mengobati kecanduan gadget kepada Bunda yang masih berjuang. 

Kok Bisa Kecanduan Gadget?

Ini mungkin yang terlintas di benak Bunda, kok bisa anak 1 tahun kecanduan gadget? Bagaimana bisa disebut kecanduan gadget? Mungkin hanya sekadar main handphone biasa, anak kecil kan sering penasaran aja. Nope! Saya merasa anak saya tidak seperti anak-anak pada umumnya itu. 

Awalnya saya dan suami gemar sekali mengambil gambar atau video kegiatan anak sulung kami. Biasa deh, anak pertama kan masih norak ya. Apa-apa difoto, apa-apa direkam. Lalu kami beritahu hasil rekaman yang berupa video kepada anak kami. Dia terlihat excited sekali menontonnya. Lama-kelamaan, kami lebih sering memberikan kesempatan nonton video dari channel YouTube. Dia biasa lihat video binatang, video baby shark, video mobil-mobilan, dsb. Saya jadi bisa leluasa mengerjakan pekerjaan rumah ketika anak menonton via gadget. 

Bagaimana Tandanya Anak Kecanduan Gadget?

Bagaimana tandanya anak kecanduan gadget? Sehari-hari dia harus selalu dengan handphone. Pada kasus saya, emosi anak saya cenderung tidak stabil. Mudah tantrum kapan saja, dimana saja. Tidak hanya jika dilarang liat handphone, untuk semua jenis pelarangan, dia akan tantrum. 

Tantrum dari yang hanya menangis menjerit hingga membenturkan kepala ke lantai. Jika tantrum terjadi di dalam rumah, saya bisa bersabar dengan tetap menemaninya dan memeluknya jika emosinya sudah mereda. Tapi, jika tantrum dilakukan di luar rumah, kesabaran saya harus bertambah: sabar menahan malu. Menghadapi anak tantrum sungguh melelahkan jiwa raga. 

Tips 1: Berdoa 

Selalu yang pertama dan utama adalah berdoa. Saya waktu itu sampai minta ampun karena telah melalaikan titipannya. Bagaimanapun juga, kita orangtua perlu berbesar hati mengakui apa-apa yang salah yang terjadi pada anak adalah sepenuhnya tanggung jawab kita. Tidak apa mengaku di hadapan Allah, menyesal lalu bertaubat. Minta kepada Allah agar dimudahkan proses ‘pengobatannya’. Minta pertolongan Allah. Kita ini, tanpa Allah, siapa sih? Minta ya Bund.

Tips 2: Menyimpan handphone jauh dari pandangan dan jangkauan anak

Barang bukti harus segera diamankan. Simpan di tempat yang tidak terlihat dan tidak terjangkau oleh anak. Pada case saya dulu, saya taruh handphone di dalam lemari baju rak bagian atas. Dengan begitu, anak tidak sering-sering lihat penampakan handphone. 

Anak saya dulu kalau bangun langsung nyari handphone. Mau tidur, nonton video dulu dari handphone sampai akhirnya tertidur. Sebegitu lekatnya. Jadi, pas awal-awal ngumpetin handphone ada tantrum-tantrumnya. Emaknya kudu tabah ?

Tips 3: Perbanyak waktu bermain orangtua dan anak

Konsekuensi dari menyingkirkan handphone adalah orangtua perlu memperbanyak waktu bermain dengan ananda. Sudah banyak waktunya di hari-hari yang lalu ditemani setia oleh handphone, sehingga menggantikan peran orangtua yang mestinya membersamai pertumbuhannya. Ini saatnya orangtua mengambil alih kembali kedekatan itu. 

Saya punya satu buku yang berisi ide bermain dengan anak untuk usia anak 0 hingga 3 tahun. Berbekal buku tersebut, saya buat jadwal bermain dengan anak sesuai dengan perlengkapan yang ada. Terkadang perlu juga membeli perlengkapan atau mainan tambahan. Tidak apa, asal posisi saya sebagai ibu di hatinya kembali lagi. 

Tips 4: Batasi penggunaan handphone Orangtua

Bund, tidak hanya anak yang harus puasa gadget, orangtua juga. Kenapa? Karena anak mencontoh orang dewasa. Ketika larangan tidak dibarengi dengan teladan, maka peraturan yang dibuat tidak akan efektif. Usaha yang sudah dilakukan bisa kembali lagi dari awal. Sia-sia. 

Dulu, saya batasi penggunaan handphone untuk diri saya. Misal setiap 2 jam saya akan cek handphone secara diam-diam. Sekadar membalas japri, lalu kembali lagi ke posisi awal: bermain bersama anak. 

Anak melihat saya serius dengan pembatasan handphone ini sehingga prosesnya tidak memakan waktu lama. Tidak sampai sebulan, anak saya sudah tidak gemeter kalau liat handphone. Saya yang tadinya ngumpet-ngumpet ngecek handphone, sudah bisa pegang handphone di depan anak tanpa anak menjadi tantrum. 

Kira-kira itu ya Bund yang bisa saya bagi dari pengalaman saya. Dalam prosesnya, Bunda perlu bersabar. Tentang sabar, kita sudah terlatih kan ya Bund? 🙂 Semoga Allah mudahkan ya Bund. Semoga tips mengobati kecanduan gadget di atas bermanfaat. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *