Dawud anak kedua Bunda,
Ini surat pertama yang Bunda tulis untuk Dawud. Semoga Dawud sedang gembira ketika membacanya. Bunda selalu gembira di dekat Dawud. Walaupun, ketika hamil dulu, Bunda khawatir: Bagaimana cara mencintaimu kelak? Sepertinya perhatianku akan tersita untuk Abang Ibrahim. Tetapi, begitu saja kamu mudah dicintai. Bunda teringat cerita Pak Ustadz tentang bayi Nabi Musa yang memikat hati orang-orang yang melihatnya. Tentu Nabi Musa kemungkinan lebih cute dibanding kamu. Tapi segitu pun Bunda selalu jatuh hati. Tidak percaya? Tanyakanlah pada Ayahmu. Abangmu terkadang merasa cemburu ketika binar mata kami tertuju dan terfokus hanya padamu.
Walaupun demikian, Abangmu begitu sayang padamu, Dawud. Sering dibantunya Bunda menjaga kamu yang tidak lelah mondar-mandir bongkar sana-sini. Diajaknya kamu bermain ketika Bunda mandi. Diajaknya kamu baca buku ketika Bunda bikin donat. Diajaknya kamu menonton ketika Bunda harus masak. Jika kamu sedang kesal pada Abangmu, ingatlah selalu kebaikannya. Kalian pernah berada pada rahim yang sama. Saling sayanglah karena Allah.
Duhai Dawud yang kuat,
Kami sematkan nama indah yang begitu bermakna. Carilah pesan namamu pada kisah Nabi Dawud. Betapa kami ingin setidaknya kamu meneladani beliau bersama dengan para Nabi lainnya. Dzalaidi bermakna kuat, jika kami tidak salah mengulik maknanya. Sedari di dalam kandungan, kekuatanmu sudah nampak. Dalam bentuk janin, kamu jarang sekali rewel. Bahkan ketika Bunda harus menggendong Abang dengan perut berisi kamu di dalamnya. Kamu tidak protes. Selalu tumbuh sehat. Bunda begitu haru kamu bisa sekuat itu bertahan dan melewati proses persalinan. Kamu terlalu kuat untuk Bunda yang begitu lemah. Ini bukan semata keperluan dramatisasi, Dawud. Dokter yang bilang kalau Bunda terlihat lemah karena tidak bisa makan saat kontraksi sudah mulai sering. Dokter bilang, khawatir kamu tersangkut di tengah jalan. Dengan segala pertimbangan, akhirnya kamu datang di dunia dengan jalan sesar. Tidak apa ya Dawud. Allah lihat takwa dirimu, bukan dengan jalan apa Ibumu melahirkanmu.
Dawud,
Harapan apapun untukmu terlihat biasa-biasa saja tanpa ada Allah di dalamnya. Maka, apapun yang ingin kau capai, selalu sertakan Allah di dalamnya. Bunda-Ayah tidak bangga pada tumpukan gelar dan prestasi yang doyong tidak berakar. Peranmu untuk peradaban yang kami impi-impikan. Temukan selalu jalan pulangmu jika kamu tersesat. Di sini, kamu dan kami hanyalah mampir. Di akhirat nanti tempat pertemuan kekal kita. Karenanya, perhatikan waktumu, untuk apa kamu habiskan?
Semoga Allah selalu jaga kamu dari godaan setan yang terkutuk.
Bekasi 13 November 2020
Salam sayang selalu,
Bunda
2 replies on “Surat untuk Dawud”
Aaa aku terharu, Mbak?
Semoga anak-anak sehat selalu, semoga tumbuh menjadi anak-anak yang sholeh dan menjadi qurrota a’yun bagi kedua orang tuanya.
Semoga Mbak selalu diberikan kekuatan sebagai madrasah pertama bagi anak-anak
Masya Allah..aamiin..doa yang terbaik juga utk mba vera sekeluarga yaa