Hai Bunda! Saya mau berbagi cerita tentang kelas Bunda Sayang yang saya ikuti di Institut Ibu Profesional (IIP). Awal Oktober 2020 ini mulai masuk dalam zona 2 dengan tantangan Melatih Kemandirian Anak. Ini salah satu materi yang saya tunggu-tunggu dari kelas Bunda Sayang. Bagi saya, melatih kemandirian anak ini butuh penyemangat dan butuh diharuskan. Kalau tidak, saya jadi kurang telaten. Merasa tidak urgent, seringnya jadi belang-bentong tidak konsisten dalam menjalankan peraturan yang sudah dibuat sendiri. Ini juga perlunya saya melatih ketelatenan diri sendiri sih..hehehe.
Daftar Isi
Melatih Kemandirian Anak: Kenapa Penting?
Kenapa sih penting melatih kemandirian anak? Ada beberapa alasan tentang pentingnya melatih kemandirian anak (versi saya):
- Anak Lebih Percaya Diri
Anak yang mandiri menjadi lebih percaya diri dibandingkan dengan anak-anak yang masih bergantung dengan orang tuanya. Dengan mandiri, dia percaya bahwa ternyata dirinya mampu melakukan hal yang tadinya tidak bisa dilakukan.
- Anak Cepat Selesai dengan Diri Sendiri
Ketika anak sudah mandiri, dia selesai dengan urusan dirinya sendiri dan bisa beranjak dengan urusan di luar dirinya. Dengan begitu, ia telah menaiki 1 tahapan selanjutnya.
- Menghemat Waktu Bunda dalam Berkegiatan
Memiliki anak yang mandiri tentu berbeda dengan anak yang masih bergantung dengan orang tuanya. Jika anak Bunda sudah bisa makan sendiri, Bunda bisa menghemat 30 menit, misalnya, dari waktu yang biasanya digunakan untuk menyuapi anak. Itu baru satu kebisaan, belum lagi jika ananda mandiri untuk lebih banyak hal.
- Bunda Mendapat Bala Bantuan
Jika Bunda memiliki anak lebih dari satu, bala bantuan ini menjadi penting. Anak pertama yang mandiri dapat membantu Bunda menjaga sang Adik ketika Bunda sedang melakukan pekerjaan rumah lainnya. Pada tahapan lanjut, sang Kakak juga bisa mengajarkan keterampilan kepada sang Adik. Misal Kakak mengajari Adik makan sendiri.
Pentingnya Mempersiapkan Diri Sendiri
Sebelum melatih anak mandiri ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan, salah satunya mempersiapkan Bunda sebagai pelatih anak. Jika Bunda menginginkan anak bisa mandi sendiri, Bunda harus menyiapkan hati bahwa nantinya proses mandi tidak secepat biasanya. Akan ada air yang terpercik kemana-mana dan membuat basah dimana-mana. Mungkin proses mandi mandiri tidak bisa selesai dalam 1 kali mandi, akan ada berkali-kali mandi yang bisa menguji kesabaran Bunda.
Pada Bunda yang telah bersiap diri, hati menjadi lebih lapang. Kesalahan kecil tidak lantas memicu amarah karena amarah ini bisa menjadi penghambat proses kemandirian ananda. Karena khawatir Bunda marah, ananda tidak lagi mau mencoba berlatih. Sayang sekali ya Bun. Yuk ditabung sabarnya.
Bunda yang kurang sabarnya juga berpotensi terburu-buru memberikan bantuan kepada ananda yang sedang berproses. Lamanya proses tidak sama untuk di tiap anak dan tiap kegiatan. Maka, lebih baik untuk mempersiapkan hati untuk segala kemungkinan. Jangan lupa yang utama, minta pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. Semoga Allah mudahkan proses kemandirian ananda ya, Bun.
Aturan Main Tantangan Melatih Kemandirian
Pada zona 2 ini, kami (mahasiswi kelas Bunda Sayang) diminta untuk membuat program melatih kemandirian anak. Durasi program bebas, namun durasi tantangan ditetapkan selama 15 hari. Jadi, dalam tantangan 15 hari ini bisa dibuat satu atau beberapa program untuk melatih kemandirian anak. Setiap harinya, kami diminta menuliskan jurnal sebagai hasil dari pelaksanaan program. Isi jurnal bebas, tetapi setidaknya ada latar belakang kenapa memilih program tersebut, strategi pencapaian tujuan, dan hasil dari pelaksanaan program. Jurnal dikirimkan setiap harinya sampai dengan batas waktu pukul 23.59 WIB.
Hasil Berlatih Kemandirian
Hasil dari berlatih kemandirian ini luar biasa! Ibrahim, anak saya yang berusia 3 tahun ini tadinya tidak terlalu mandiri. Sekarang, Ibrahim sudah bisa memakai baju sendiri. Setelah mandi, ia pilih sendiri satu set baju-celana dan ia mampu mengenakannya tanpa bantuan saya. Ya walaupun kualitasnya masih belum cukup oke. Masih ada celana yang terlipat pinggangnya, atau celana yang dipakai miring, atau baju yang tidak dikancing, dan sebagainya.
Ibrahim juga bisa makan sendiri. Sebelumnya memang sudah bisa juga, cuma masih sering saya suapi dengan alasan agar cepat. Ya biasa dah ya, emak-emak maunya apa-apa cepet. Jadi, saya coba lagi melatih Ibrahim untuk bisa makan sendiri dengan konsisten. Sebelum makan, saya siapkan makanannya sesuai permintaan. Misal, makanannya perlu dipotong-potong kecil dahulu agar mudah ia menyuap ke dalam mulut, atau peralatan makannya harus warna tertentu, atau hal-hal lainnya. Setidaknya, dengan begitu Ibrahim bertanggungjawab terhadap proses makannya. Ia habiskan makanan yang ia pilih sendiri. Kadang butuh waktu lama sekali untuk habis makanannya karena diselingi main dan segal macam.
Selain itu, Ibrahim juga sudah mau mandi sendiri. Untuk mandi sendiri ini kadang saya yang belum sabar dalam berproses. Demi menghemat waktu, saya pernah sekali mengambil alih proses mandinya. Sekali diambil alih, ia jadi enggan untuk mencoba mandi sendiri lagi. Sekarang, saya coba lagi dari awal melatih Ibrahim mandi sendiri. Setidaknya ada pelajaran yang diambil karena Bunda yang tidak sabar. Heu.
Keberlanjutan Kemandirian
Tantangan ini sesungguhnya perlu dilanjutkan agar tidak selesai sampai sini saja. Setidaknya kini saya memiliki motivasi tambahan: ada contoh berhasil dari pelatihan kemandirian anak. Saya jadi lebih percaya diri untuk membuat program-program lainnya demi membantu anak saya lebih mandiri ke depannya. Ternyata, tantangan ini bukan saja dimaksudkan untuk kemandirian anak, tetapi juga kemandirian Bundanya. Wkwkwk.
Semoga Bunda juga memiliki alasan kuat dan konsistensi dalam melatih ananda untuk mandiri ya, Bun. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk Bunda 🙂
2 replies on “Melatih Kemandirian Anak dan Kepercayaan Diri Bunda”
Jadi teringat masa-masa mengerjakan tugas bunda sayang ibu profesional dulu. Melatih kemandirian anak itu ternyata banyak tahapannya ya mbak
Bener, Mba. Mahasiswi Bunda Sayang juga ya? Bunsay berapa mba?